Tragedi 98, Bongkar!! - Part#3 "Kejanggalan di Balik Penyidikan"

1. Jumlah Korban Penculikan

Di hadapan sidang DKP, Prabowo mengatakan ia siap bertanggung jawab atas tragedi penculikan 98. Ia tidak berkelit sedikitpun, mengelak dari tanggung jawab.

Akan tetapi, ada miss dalam penyidikan ini... 

Prabowo mengaku "hanya" menculik 9 orang saja dan kesemuanya sudah ia lepaskan. Sedangkan korban penculikan tercatat ada 22 orang aktivis. Dan Prabowo mengatakan bahwa ia tidak tahu menahu soal 12 orang lainnya. Itu diluar tanggung jawabnya.

Hal ini membuka dua kemungkinan.

Kemungkinan pertama, Prabowo melakukan kedustaan. Bahwa ternyata 22 orang ini seluruhnya memang dihilangkan atas perintah Prabowo.

Kemungkinan kedua, ada aktor lain dalam kasus penculikan ini. Entah apa motifnya. Tapi dengan demikian, beban kasus ini terarah pada Prabowo. (Pelimpahan tanggungjawab).

Data korban ini menimbulkan pertanyaan baru,

"Kemanakah 13 orang lainnya, dan siapakah pelaku penculikannya"


2. Pangab Lepas Dari Penyidikan

Panglima ABRI, Feisal Tanjung, dalam hal ini ia tidak tersentuh sama sekali dari penyidikan DKP. Setelah kedudukannya diganti oleh Wiranto, ia mengunci diri di kediamannya, tak bisa diakses oleh pers. Inilah salah satu poin yang dikhawatirkan oleh Munir. Tanpa proses yang terbuka, berpotensi ada nama-nama yang lepas dari penyidikan. Kasus hanya berhenti sampai DKP dan DKM. Prabowo diberhentikan tanpa ada kepastian hukum. Hingga hari ini masih menjadi misteri, apakah Feisal Tanjung selaku Pangab terlibat atau tidak. Beliau sudah pensiun dari alam dunia, begitupun dengan sang Pangti.

Bukankah atasan harus bertanggung-jawab terhadap apa yang dilakukan bawahan? Minimal sebagai saksi dalam pengadilan? Kok dengan entengnya lepas dari penyidikan? Tidakkah ini janggal?


3. Atasan Tidak Tahu Padahal Ada BKO

Seperti paparan sebelumnya, KSAD lepas tangan dari kasus ini. Mereka mengklaim tidak memiliki wewenang operasional untuk melakukan instruksi pergerakan. Tugas mereka hanya sampai membina. Sehingga kalaupun ada perintah, tentu datang dari Pangab.

Ternyata nama Pangab-pun "dibersihkan". Dikatakan Pangab tidak pernah melakukan instruksi demikian. Maka tuduhan langsung mengarah pada Pangti, Presiden Suharto. Namun tetap ketemu jalan buntu, Suharto diam seribu bahasa sampai wafat. Sehingga tuduhan diarahkan hanya pada Prabowo seorang, bahwa dirinyalah yang memegang inisiatif kendali atas seluruh rangkaian kasus ini.

Inisiatif Prabowo?

Sebentar,

Tetapi fakta bahwa aksi Kopasus ini dinyatakan di-BKO, tentu penyangkalan satuan-satuan diatas Kopasus ini janggal. BKO (Bawah Kendali Operasi) menjadi bukti shahih bahwa Prabowo hanya melaksanakan instruksi atasan.

Beda halnya apabila dinyatakan oleh Mahkamah bahwa telah terjadi kesalahan prosedur, bahwa Prabowo salah menafsirkan perintah atasan, maka Prabowo bersalah. Tapi meskipun begitu, secara etik Pangab tetap bertanggung jawab, walaupun belum tentu dinyatakan bersalah.

Kalau di persidangan saja para Perwira Tinggi menolak mengetahui gerakan Kopassus, sedangkan dalam kasus ini terdapat BKO,,, ini bagaimana ini?

Di samping itu Feisal Tanjung selaku Pangab malah bersih sama sekali dari kasus ini..


4. Nama-Nama yang Diciduk

Dalam kasus ini, seakan DKP hanya menetapkan 3 orang saja dalang dibalik kasus penculikan, alias aktor intelektual. Ialah tiga serangkai, Prabowo - Hartono - Mbak Tutut. Alasannya karena mereka dekat dengan kekuasaan.

Padahal ada nama lain yang secara struktural harus dipertanyakan, seperti Feisal, Wiranto dan Subagyo misal. Tetapi mereka dianggap bersih karena tidak memiliki kedekatan dengan Prabowo sang aktor utama (katanya). Lantaran hal tersebut, 3 nama ini bersih.

Mengapa nama-nama ini patut dipertanyakan?

Pertama, karena kasus ini berstatus BKO. Ketika ada BKO, tentu ada perintah struktural. Dan ketika ada BKO tentulah satuan diatasnya musti diperiksa, yakni KSAD, Pangab, bahkan Pangti.

Kasus penculikan berlangsung dalam kurun 97-98. Saat itu terjadi rotasi yang cukup pelik dalam satuan ABRI.

a. Kopassus.

Satuan ini hanya dipimpin Prabowo seorang dalam kasus penculikan ini.

b. KSAD & Pangab

KSAD dipimpin oleh 3 orang dalam kasus ini. Diawali oleh Hartono. Saat Hartono menjabat, terjadi kasus penculikan terhadap 6 orang.

Lalu Hartono digantikan oleh Wiranto. Saat Wiranto menjabat KSAD, terjadi penculikan atas 10 orang aktivis..

Dalam dua periode pejabat KSAD ini, Pangab sama-sama diduduki oleh Feisal Tanjung.

Kemudian Wiranto diangkat menjadi Pangab menggantikan Feisal Tanjung.

Dan satuan KSAD diisi oleh Subagyo. Saat Subagyo menjabat, terjadi lagi penculikan terhadap 5 orang aktivis.


Dengan ini,

Tamatlah karir Prabowo di usianya yang tergolong muda, dari yang sebelumnya melesat dengan sangat gemilang. Tiga tuduhan dialamatkan padanya sekaligus, penculikan aktivis, makar terhadap presiden Habibie, dan kerusuhan mei 98.

...

Prabowo vs Wiranto

"Herannya, sekalipun penculikan lebih banyak terjadi setelah Hartono lengser dari KSAD, tuduhan malah banyak tertuju pada Hartono"...

Ini adalah kutipan dari pernyataan Eros Djarot dalam bukunya. Bukankah aneh, saat Hartono menjabat, "hanya" 6 aktivis yang hilang. Tapi setelah Hartono lengser, di era Wiranto dan Subagyo, korban hilang bertambah 16 orang lagi. Lho kok cuman Hartono seorang saja pihak KSAD yang Diciduk? Bau politis begitu kental disini...

Dan sekali lagi, nama-nama yang "bersih" ini tidak diperiksa hanya lantaran mereka tidak punya kedekatan dengan Prabowo.

Bahkan, bukan rahasia,

Sejak menduduki jendral bintang tiga, telah terjadi persaingan antara dua tokoh ini (Prabowo vs Wiranto) di internal ABRI.

Setelah insiden penculikan ini, Nama Prabowo tercoreng, ia lantas dipecat dari satuan ABRI. Sedangkan nama Wiranto menjadi harum. Wiranto seolah menjadi sosok Suharto pada saat Suharto menumpas PKI di tahun 66. Beberapa kali namanya dikaitkan dengan pencalonan presiden, namun ia selalu menolaknya.

Ya, Itulah beberapa kejanggalan-kejanggalan yang nampak dalam investigasi kasus penculikan 98.

Sekali lagi,kasus menjadi gelap sekali, terlebih dengan terbunuhnya Munir. Siapakah yang akan kita percaya menjadi pihak yang benar?

Itu kembali lagi pada diri kawan-kawan. Seberapa mau kawan-kawan mencari kebenaran, dan seberapa legowo kawan-kawan dalam menerima fakta-fakta. 

Tidak bisa tidak,

Kasus ini akan berdampak sekali pada pilpres. Terutama jika terjadi lagi persaingan Prabowo vs Jokowi.

Wiranto, sudah jelas, ia berada di belakang Jokowi. Maka secara tak langsung, perseteruan ini kembali menghadirkan perseteruan Prabowo vs Wiranto seperti saat di militer dulu.

Ini ikhtiar kecil saya untuk memberikan penerangan kepada kawan-kawan sebagai konstituen demokrasi. Ketika ada suatu hal yang gelap, harus kita luruskan. Jangan kita mudah termakan fitnah.

...

ChikYen...

By : Tejay Souza

19 Juni 2018

=====================

Ikuti juga tulisan saya, S(B)UI – Sejarah (Berdarah) Ummat Islam.

Dua serial ini dimaksudkan untuk menyambut pesta demokrasi 2018 dan 2019.

Komentar