Tragedi 98, Bongkar! - "Helicopter View"

– Helicopter View –

Ketika aroma panggung politik eksekutif mengarah kepada dua nama yang sama pada 2014 silam, kurang lebih Isyu yang dimainkan akan sama. Kalau kasus korupsi itu sudah biasa, kasus salah data itu juga sudah biasa. Apa dong yang spesial?

Balik lagi ke Isyu sensitif... Yakni soal Isyu SARA dan Isyu HAM.

Jokowi sudah kenyang dengan tudingan komunis, pro Aseng, anti Islam... Hal ini sudah ia lalui 4 tahun silam dengan sukses. Black campaign terhadapnya tidak menggoyahkan kakinya menuju RI-1. Tapi yakinlah, ujian 2019 akan kembali dihadirkan oposisi. Entah seberapa kuat angin tersebut...

Lalu Prabowo?

Setelah Isyu lucu-lucuan menerpanya seperti Indonesia bubar 2030, politisi pendukungnya membantunya memulihkan Isyu. Mungkin Isyu HAM akan kembali disodorkan incumbent untuk menjegal langkahnya.

Jika 2014 Isyu ini berhasil menjegal langkah Prabowo, akankah 2019 ia mampu melampaui Isyu ini?

Sebagian kawan terutama yang sudah aktif menyimak politik sejak awal reformasi, mungkin mendalami polemik yang menerpa institusi ABRI 20 tahun silam. Sebagian lainnya, mungkin tidak tahu apa-apa, sehingga mudah terombang-ambing kedalam polarisasi Isyu yang diciptakan politikus.

Saya punya rencana membuatkan sedikit rangkuman untuk market awam, terkait kasus 98 dan yang terkait hal itu.

Kawan-kawan yang sudah lebih paham mungkin nanti boleh bantu melengkapi referensi bahkan dengan sudut pandangnya sekalian. Tulisan ini kelak bukan untuk yang sudah paham, tentunya!

Harapannya, kawan-kawan pemilih kelak akan bisa menimbang dengan bobot yang lebih baik, sekalipun tetap tidak bisa menyingkap tabir secara total.

Mungkin pada kesempatan ini saya beri paparan sedikit, atau spoiler...

Kasus penculikan dan beberapa pelanggaran HAM menjadi sorotan terutama menjelang SU MPR tahun 1998. Tak hanya ramai di dalam negeri, Kasus ini kemudian dibawa oleh Marzuki Darusman ke konferensi HAM di Jenewa, Swiss. Dunia langsung merespon dan menempatkan Indonesia di urutan dua dalam watch list yang dikeluarkan oleh komisi HAM PBB.

...

A. Overview Kasus

1-11 Maret 1998,

SU (Sidang Umum) MPR digelar. Dalam Sidang Umum tersebut, Suharto kembali didaulat menjadi presiden RI untuk ke-7 kalinya. Jalan Suharto kali ini tidaklah mudah. Sejak 1997 Indonesia diterpa krisis moneter, harga-harga melambung tinggi, sehingga memberi jalan bagi para penentang Suharto untuk melakukan perlawanan publik.

Sejak 4 Februari 1998, satu persatu aktivis dinyatakan hilang. Tercatat ada 22 nama aktivis pro demokrasi yang dinyatakan hilang. Tentu publik merespon negatif, menuntut agar mereka dilepaskan. Ketika satu demi satu dilepas, mereka yang diculik mendapat teror agar tidak membeberkan apa yang terjadi. Dan kini 9 orang yang lolos dari penculikan aktif di perpolitikan kancah nasional.

...

Wiranto,

Pasca Suharto dilengserkan massa, Wiranto naik menjadi Pangab ABRI menggantikan Feisal Tanjung. Dibawah komando Presiden BJ Habibie, ia langsung membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang khusus melakukan investigasi terkait penculikan aktivis. Hingga didapatlah 10 anggota Kopassus yang dibawahi Prabowo Subianto terbukti bersalah. Prabowo kala itu mengatakan, "saya sudah mengadukan hal ini ke pengadilan, jika anggota saya terbukti bersalah, saya siap diperiksa".

Dengan sikap defensif Prabowo, muncullah beberapa analisis terkait penculikan aktivis. 

Pertama, soal siapa yang memberi perintah? Apakah Prabowo selaku Danjen Kopassus ataukah atasan (KSAD, Pangab, Presiden)?

Kedua, siapakah yang harus bertanggung jawab atas kasus penculikan ini?

Ternyata kasus ini berbuntut panjang... Dari pihak LSM, 12 LSM membentuk sebuah komisi yang khusus memberikan perhatian terhadap kasus orang hilang secara paksa (involuntary disappeareance). Komisi ini diberi nama Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KONTRAS) yang diketuai Munir Said Thalib.

Tapi, Munir malah kemudian tewas diracun pada tahun 2004 di pesawat terbang Garuda, dalam perjalanannya ke Amsterdam membawa dokumen penting terkait kasus HAM di indonesia.

Kasus HAM tidak tuntas. Aktivis yang hilangpun, tidak jelas statusnya. Apakah mereka masih hidup? Kalau masih hidup, mereka ada dimana? Atau mereka sudah meninggal? Kalau meninggal, dimana kuburannya?

Hingga sekarang, kasus ini belum tuntas, kemudian diperrumit pula dengan kasus kematian Munir. Ini tentu menjadi issue yang panas untuk dikeluarkan terutama setiap menjelang pilpres. Karena sejak 2009, pilpres selalu saja dilakoni oleh sang mantan Danjen Kopassus, Prabowo Subianto, setelah di 2004 ia gagal menembus konvensi partai Golkar.

Bersambung...

...

By : Tejay Souza

31 Mei 2018

Komentar