Rekonstruksi Sejarah Islam Part#4 - "Dinamika Ideologi"

Di part 1 kita sudah membahas background mengenai kota suci ; garis keturunan Ismael ; Koresh the great ; Abrahah dari Gujarat ; serta lansekap politik darun nadwah, romawi dan persia.

Di part 2 kita membahas tentang background keagamaan masyarakat kota suci, siapa Tuhan yang disembah disana, dan juga darimana bentuk kubus pada Kabah berasal.

Di part 3 kita membahas masa muda sang nabi, sebagai putera bangsawan, pedagang eksportir, hingga aktivis politik.

Di part 4 ini kita akan masuk ke fase wahyu. Kita akan menyaksikan dinamika ideologi yang diperjuangkan sang nabi, sebelum dan sesudah mendapat wahyu...

...

Di masa pra wahyu, Muhammad adalah seorang Nasionalis. Sejak muda sudah ikut perang membela tanah air. Saat dewasa ia selalu ingin mempersatukan bangsanya yang sering berpecah belah.

Namun apa lacur? Usahanya sia-sia. Semakin ia hendak mempersatukan bangsanya, justru perpecahan makin nyata terjadi. Poinnya : "Persatuan" adalah slogan yang KLISE!!!

Ia frustasi. Saking stressnya, ia sampai mengasingkan diri untuk menenangkan pikiran. Berminggu bahkan berbulan, Muhammad bertapa di goa hira. Ia bawa perbekalan dari rumah. Kalau habis, ia pulang lagi ke rumah untuk mengambil perbekalan.

Setelah bertapa berbulan-bulan, Muhammad mendengar suara ghaib. Muhammad terkejut bukan main. Muncullah Jibril dengan mengatakan "Iqra" (bacalah!). Muhammad sontak menjawab "ma, ana bi qari" (saya tidak bisa baca!). Jibril mengulanginya sampai 3x dan dijawab dengan kalimat yang sama... Akhirnya Jibril melengkapi kalimatnya ; "Iqra! Bismi Rabbika, Alladzi Khalaq" (Bacalah dengan -Isme Tuhan yang menciptakanmu)


A. Makna Dibalik Wahyu Pertama

Betapa terkejutnya Muhammad mendengar kalimat Jibril. Jibril kembali melanjutkannya

1. Bacalah, atas -Isme Rabbmu yang menciptakanmu

2. Yang menciptakan manusia dari setetes mani

3. Bacalah, dan Rabbmu tinggikanlah!

4. Yang mengajarkan dengan pena.

5. Mengajarkan apa2 yang belum diketahui manusia

Dialog ini sebetulnya hanya imajinasi Ibn Ishaq belaka agar nampak dramatis. Kisah ini lantas diiringi dongeng-dongeng, sampai ada yang menyatakan "Jibril membawa secarik kertas dan meminta Muhammad membacanya, tapi Muhammad itu ummi/ disleksia/ buta huruf".

Dongeng israiliyat ini cukup populer. Sekaligus cerita ini menegaskan bahwa tidak mungkin Nabi Muhammad yang mengarang Quran, sebagaimana tuduhan orang2 kafir. Karena membaca saja ia tidak bisa. Oleh karena itu, kita baca dulu background tentang kota yang menjadi tempat turunnya wahyu, supaya kita bisa mencerna maksud ayat tersebut.

Iqra : bacalah!

Apa yang Nabi baca? Kenapa ia menjawab "saya tidak bisa baca"?

Coba kita flashback, hal apa yang membuat Muhammad frustasi hingga ia merasa perlu bertapa menenangkan pikiran? Yakni karena Muhammad tidak tahu lagi caranya untuk mempersatukan bangsanya! Maka ketika Jibril berkata "Iqra", bacalah! Muhammad bingung "saya sudah melakukan banyak hal, namun saya tidak bisa membaca apa inti persoalannya".

Jibril seakan menegaskan "kamu selama ini membaca dengan apa? Dengan isme apa? NASIONAL-ISME??" Lalu Jibril mengatakan "Bacalah dengan Isme Rabb-mu! Lihatlah dari cara Rabbmu melihat!

Yah langsung terbayang di benak Muhammad, ternyata Tuhan menghendaki Muhammad membaca dengan ALLAH-ISME.


B. Risalah : Mengganti Nasional-isme dengan Allah-isme

Setelah Muhammad menerima wahyu, ia sadar seberapa berat tanggungjawab yang harus ia emban. Karena ia harus mengganti paham nasionalisme yang selama ini ia junjung menjadi paham Allah-isme... Padahal penduduk Quraisy ini menganut politeis. Bagaimana cara mendakwahkan -isme ini? Pada momen inilah Muhammad dilantik menjadi Nabi dan Rasul. Nabi yang menerima wahyu nubuwat serta Rasul yang punya amanat Risalah yang berorientasi pada kekuasaan...

Inilah dinamika ideologi yang terjadi pada seorang Muhammad sebelum dan sesudah dilantik menjadi Nabi dan Rasul. Saat belum mendapat wahyu, orientasinya adalah persatuan bangsa. Segala cara ia lakukan agar bangsa Arab tidak terpecah belah. Namun sejak mendapat wahyu, Nabi Muhammad malah membuat komunitas sendiri, ia punya tujuan sendiri, mengikuti perintah Rabbnya untuk menegakkan Islam!

Apa ada yang keberatan dengan premis barusan? Kalau mau bantah silakan...


C. Benarkah Nabi Muhanmad Disleksia?

Tidak ada keterangan yang jelas apakah nabi Muhammad itu buta huruf atau tidak. Quran berkali-kali menyebut "Nabi yang ummi", namun para ulama tafsir berbeda pendapat tentang arti kata ummi.

Berdasarkan dongeng Jibril membawa secarik kertas, kita bisa katakan Nabi memang buta huruf. Namun dongeng tersebut perlu dikritisi, "kertas berbahan apa yang dibawa jibril? Huruf apa yang dituliskannya? Arab? Pakai khat apa?" dst. Uniknya, ketika muslim hijrah ke Yatsrib dan membentuk Negara Islam Madinah, konon Rasul membuat piagam Madinah, Undang-Undang kesepakatan antara muslim dan Yahudi. Kok orang buta huruf bisa menulis Undang-Undang? Tetooot...

Hanya saja, Piagam Madinah sendiri tidak bisa dipastikan apakah benaran ada atau tidak. Tidak ada satu butir haditspun yang menyebut piagam madinah. Dan tidak pernah ditemukan manuskrip asli piagam tersebut. Semuanya hanya bersumber dari tulisan Ibn Hisyam (abad 2 Hijriyah)...

Sebenarnya tidak banyak berpengaruh jikapun Nabi Muhammad buta huruf atau tidak. Zaman Indonesia merdeka saja penduduk yang bisa baca tulis tak sampai 20%. Apalagi ini abad 6 masehi. Dulu belum ada kertas dari bahan adonan kayu/bambu. Orang mesopotamia dan mesir masih memakai kulit binatang dan serat2 daun pepohonan untuk menjadi media menulis. Barulah di abad 8 bani Abbas mengimpor teknologi kertas dari Cina dan didistribusikan pula ke eropa... Artinya, budaya menulis saat itu belum tinggi. Jadi wajar2 saja kalau nabi tidak bisa baca mah...

Bersambung...

Komentar