Latar Belakang Pemilihan Kata Rekonstruksi
Pencatatan Sejarah Islam memiliki kelemahan pada 3 hal.
1. Metode Pencatatan
2. Saksi Hidup
2. Material Sejarah
Pada aspek pencatatan, bangsa Arab tidak punya tradisi menulis, hanya mengandalkan kesaksian lisan. Sekalipun dikatakan memori orang Arab kuat, namun tak menutup kemungkinan terjadinya kesilapan, salah dengar, salah ingat, salah eja. Ketika proses ini merambat ke pendengar yang makin banyak, sangat mungkin terjadi bias, seperti yang kita saksikan pada simulasi permainan pesan berantai.
Tradisi mencatat sejarah Islam baru dilakukan oleh Ibn Ishaq, 1 abad setelah Nabi Muhammad meninggal. Ibn Ishaq adalah orang berdarah Arab yang tinggal di Iraq dan menghabiskan hidupnya di Iraq, sejak penghujung kekuasaan Bani Umayyah hingga permulaan kekuasaan Bani Abbas. Ia bukanlah saksi hidup atas kejadian yang terjadi di masa Rasulullah, melainkan sekedar mengumpulkan kesaksian dari orang-orang yang juga sama-sama hanya sebatas mendengar kisah terdahulu.
Pada aspek material, sejarah Islam yang ditulis di buku-buku tidak didukung oleh bukti material yang cukup. Dokumen Islam menceritakan bahwa kehidupan Mekkah itu begitu gemerlap, banyak saudagar yang sangat kaya, menjadi sentra peradaban Arab, berada pada rute strategis perdagangan, dsb.
...
Pemilihan Kata "Sejarah"
Ada beberapa kata yang bisa menceritakan tentang Islam di masa lalu ;
(1) Tarikh,
(2) Sirah,
(3) Sunnah,
(4) Sejarah.
Kali ini kita akan membahas dalam pendekatan "sejarah"... Tapi sebelumnya kita ulas dulu secara singkat. apa bedanya 4 kata diatas.
1. Tarikh. Berarti penananggalan. Dalam tarikh kita akan banyak bicara tentang peristiwa-peristiwa dan tanggal kejadian.
2. Sirah. Berarti perjalanan hidup. Biasanya "sirah" itu lekat pada istilah "biografi", dalam sirah nabawiyah berarti kita sedang mengulas jalan hidup seorang Muhammad, tujuannya untuk menumbuhkan kecintaan pada sang baginda.
3. Sunnah. Berarti pola. Bahwasanya risalah tuhan itu memiliki pola perjuangannya.
4. Sejarah. Artinya pohon atau genealogi. Dalam konteks negara, sejarah berarti genealogi kekuasaan.
Dalam kacamata sunnah, kita akan dapati risalah terbagi kedalam 3 pola bagian ;
(1). Fase pra-wahyu ; (2) wahyu ; (3) pasca-wahyu
Di fase pra-wahyu, kita akan melihat kondisi antropologi masyarakat tempat diturunkannya wahyu. Mereka disebut masyarakat Jahiliyah (bodoh)... Kemudian di masa wahyu, risalah disibukkan dengan dakwah, penetrasi politik, hingga peperangan menegakkan kebenaran... Di fase pasca-wahyu, kebenaran telah tegak, namun ibarat matahari, ia terbit di ufuk kegelapan, menerangi bumi, kemudian kembali tenggelam pada ufuk kegelapan..
Dalam kacamata sejarah, kita akan berbicara dalam konteks genealogi kekuasaan yang menghantarkan islam kepada masa jayanya. Dalam tulisan ini, anda mungkin akan mendapati cukup banyak perbedaan dari tulisan mainstream yang beredar.
A. Bangsa Quraisy
Menurut catatan sejarawan muslim, bangsa Quraisy berasal dari turunan ke-51 dari Ismail putera Ibrahim. Dia adalah Fihr bin Malik. Fihr dijuluki sebagai Quraisy. Dan 12 generasi setelahnya lahirlah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim.
Terus terang saya ragu dengan genealogi ini. Bangsa Quraisy diceritakan oleh Quran sebagai bangsa yang amat mulia di seluruh Arabian Peninsula. Saya kira, Quraisy pastilah tokoh besar, bukan tokoh lokal dari tanah gersang di peradaban yang masih primitif...
Sebenarnya saya sudah cukup lama menaruh kecurigaan, bahwa sebetulnya bangsa Quraisy bukan berasal dari Arab, melainkan Persia. Persia punya tokoh ikonik terbesar dalam sejarah peradabannya bernama Cyrus the Great ; dibaca "Koresh". Ada kesamaan fonem antara "Koresh" dan "Quraisy".
Berikut beberapa alasannya ;
1. Butir-butir ayat pada surat Al Quraisy punya beberapa kesamaan dengan kisah Koresh/Cyrus yang diceritakan bibble. Saya pernah mengulasnya dalam tulisan "Quraisy : Fihr vs Cyrus" serta pada tulisan "Kiblat Pertama".
2. Kisah Nabi Muhammad pertama kali ditulis oleh ibn Ishaq, seorang tokoh berdarah keturunan Arab yang hidup di Persia.
3. Genealogi Muhammad berasal dari putera pertama Nabi Ismail yang bernama Nebayot/Nabat. Keturunan Nebayot membangun peradaban besar di Arab Utara,
Tentu hipotesa ini tidak akan diterima oleh komunitas muslim karena terlalu aneh. Quraisy diyakini sebagai bangsa Arab, keturunan Ismail, satu garis keturunan dengan Nabi Muhammad. Sayangnya, Quran tidak pernah menyebutkan siapa itu Quraisy, apakah ia terhubung secara genealogi dengan Ismail dan Nabi Muhammad. Kita tahu itu hanya dari catatan-catatan sejarawan Arab. Kualitas penulisan sejarah sejarawan Arab sendiri dipertanyakan, seperti ulasan saya pada tulisan "Peradaban Arab, datang dari Utara ke Selatan atau Selatan ke Utara?"
"Lantas kenapa jauh-jauh menuduh sampai ke Persia?"
Quran ini emang kitab ajaib. Disana banyak memuat nama-nama asing yang bukan orang Arab. Sebut saja Dzulkarnain, Luqman Al Hakim, dan Ashabul Kahfi. Dewasa ini banyak hipotesa yang menyebutkan Dzulkarnain ini adalah salah satu diantara Alexander dari Makedonia atau Cyrus Agung dari Persia. Luqman banyak dikaitkan dengan Socrates dari Yunani kuna. Sedangkan Ashabul Kahfi merupakan sosok legenda yang kisahhya menyebar di Syria awal abad ke-6. Pendapat paling mayor menyebutkan Ashabul Kahfi ini "The Seven Sleeper of Ephesus", berasal dari Ephesus, Turki sebelah Barat. Walaupun ada juga yang mengira mereka dari Jordan atau Suriah.
Maka bukan merupakan hipotesa yang aneh jika Quraisy sendiri dikaitkan dengan bangsa non-Arab, walaupun dugaan ini bersifat spekulatif, minim sekali bukti yang menunjukkan clue ke arah sana.
B. Pemegang Kunci Ka'bah
Wilayah administrasi Mekkah di masa lalu tidak dipimpin oleh seorang raja, melainkan oleh seorang "pemegang kunci kabah".
Mekkah berbeda dengan kota lainnya. Sejak dulu Mekkah adalah "Al Haram", kota suci yang menjadi tujuan ziarah manusia di seluruh Jazirah Arab. Oleh sebab itu, fungsi pemimpin wilayah administrasi Mekkah bertugas menjaga keamanan di wilayah tanah suci.
C. Demokrasi Yunani Kuno di Mekkah
Tidak banyak yang mengulas sistem politik di Mekkah. Saya memandang bahwa Mekkah zaman dulu memakai sistem politik demokrasi langsung ala Yunani kuna. Hal ini terlihat pada indikator berikut ;
Pemegang kunci ka'bah dipilih dengan sistem voting. Setiap kabilah di Arab mengusung calon, lalu mereka beradu gagasan dan kemudian dipilih secara voting oleh seluruh konstituen... Itu adalah indikator Demokrasi. Kegiatan semacam itu lumrahnya diselenggarakan di sebuah amplitheater. Sayangnya tidak ada bangunan seperti Amplitheater di Mekkah, malah benda ini adanya di kawasan Arab utara.
D. Darun Nadwah
Pemerintahan Mekkah dikelola oleh sebuah parlemen yang dinamakan Darun Nadwah. Dalam Darun Nadwah terdapat 10 sharif yang masing-masing mengisi 1 kementerian, diantaranya ;
1. Hijaba : pemegang kunci
2. Sikaya : pengawas sumur zamzam
3. Diyat : mahkamah pada bidang perdata & pidana
4. Sifarah : kedutaan
5. Liwa : pemegang panji perang
6. Rifada : pajak & bea cukai
7. Nadwa : badan legislatif
8. Khaimmah : Biro Rumah Tangga
9. Khazina : kementerian keuangan
10. Azlam : departemen judi negara.
Jadi masyarakat Mekkah bukan masyarakat primitif. Mereka masyarakat modern yang punya wawasan politik tinggi. Itulah mengapa Mekkah menjadi pusat peradaban di seluruh Jazirah Arab, karena peradabannya semaju itu... Tapi ternyata Quran menyebut mereka dengan julukan "Jahiliyah" (bodoh). Makanya banyak yang salah tafsir tentang makna Jahiliyah ini.
E. Abrahah dan Tentara Gajah
Kelahiran sang Nabi terjadi pada tahun ketika Abrahah menyerang Kabah dengan pasukan bergajah dalam jumlah besar. Diceritakan bahwa Abrahah merupakan seorang raja dari Yaman beragama Nasrani. Abrahah lantas membuat tandingan Kabah di Yaman untuk menarik atensi manusia berpindah ziarah ke Yaman.
Akan tetapi upaya Abrahah sia-sia. Akhirnya ia bermaksud menyerbu Kabah. Pikirnya, kalau Kabah hancur maka orang takkan lagi ziarah ke Mekkah.
Kisah tentang Abrahah ini bagi saya ABSURD.
Pertama, Mekkah sama sekali tidak berada pada jalur perdagangan Jazirah Arab. Agak sulit membayangkan teknis mobilisasi orang ke Mekkah di zaman silam.
Kedua, Al Qulais - yang konon menjadi bangunan megah yang dibuat Abrahah untuk menandingi Kabah, ternyata jejak peninggalannya hanya sebesar kolam empang kecil...
Maka tidak aneh jika ada banyak bangunan megah di seluruh penjuru Petra. Tidak aneh juga jika di kota ini terjadi tren perbudakan dan jual beli manusia. Karena ada banyak sekali projek sipil yang harus dikerjakan. Ada banyak lahan perkebunan yang harus digarap untuk memutar roda ekonomi...
Bandingkan dengan Mekkah. Di Mekkah tidak ada satupun jejak arkeologis. Kabah dan Masjidil Haram yang ada di Mekkah saja tidak menyisakan satupun jejak arkeologis. Semuanya bangunan baru. Dan di Mekkah tidak ada tanaman bisa tumbuh untuk digarap jadi perkebunan. Hanya ada bebatuan koral...
"Kapan Masjidil Haram Dibuat?"
Di sekitaran Mekkah ditemukan prasasti pembuatan Masjidil Haram.
Di poin 7,8,9 dikatakan, tulisan ini ditulis ketika pembangunan Masjidil Haram, yakni tahun 78.
"Hah? 78 apa?"
Kemungkinan besar 78 Hijriyah. Karena di tahun tersebut berdekatan dengan peristiwa serangan tentara Marwan bin Hakam yang dikomandoi panglima Hajjaj bin Yusuf ke Kabah (71 H) dengan senjata manjaniq api yang membuat Kabah rata dengan tanah. Setelah itu, Abdullah ibn Zubair dikisahkan membangun kembali Kabah.
"Tahun 78 ini (dibangun) atau (dibangun kembali)?"
Kalangan muslim pasti berpendapat kalau prasasti ini menceritakan bahwa Kabah dibangun kembali setelah serangan Al-Hajjaj atas perintah Marwan bin Hakam. Hmm agak aneh sih. Sepertinya jarang ada orang bikin prasasti yang membicarakan "pemugaran". Rata-rata prasasti itu dibuat sebagai "sign" peletakan batu pertama. Oleh karena itu, saya cenderung sepakat dengan pendapat yang mengatakan Abdullah bin Zubair kabur membawa lari Hajar Aswad agar lepas dari kejaran Marwan bin Hakam, lalu ia membuat replika Kabah di Mekkah. Sehingga inilah prasastinya yang menandakan bahwa Masjidil Haram Mekkah memang baru dibangun pertama kalinya.
...
"Kenapa saya menuliskan bab Petra pada mukaddimah sejarah islam?"
Karena ini akan menjadi fondasi yang sangat penting dan mendasar untuk mencerna bentuk dan skala agama Islam. Bahwa Allah menurunkan agama Islam ini bukan dalam lingkup masyarakat primitif yang jauh dari peradaban. Tapi Islam diturunkan di pusat peradaban dunia kala itu! Bersinggungan langsung dengan budaya keagamaan di lintas benua.
Setelah ini, semoga kita bisa memandang agama Islam ini lebih substantif, bukan agama yang sudah dimodifikasi oleh para budayawan Persia di abad pertengahan...
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar