Sistematika Penulisan Huruf di Dunia

Seringkali saya jengkel kala bebicara dengan orang dari kalangan Asy'ariyah di Indonesia (baca : kaum nahdiyin) yang sangat mengagung-agungkan ilmu alat, utamanya ilmu Nahwu dan Sharaf. Kita dilarang berdalil dengan terjemahan Quran, melainkan harus berlandaskan ilmu tata bahasa Arab yang sudah disusun ulama. Begitu katanya. Disangkanya ilmu tata bahasa Arab itu adalah ilmu suci karena dia dipakai untuk merangkai kaidah bahasa Arab yang dianggap bahasa suci juga. Ketika dikatakan bahwa Bahasa Arab itu bahasa biasa dan Nahwu Sharaf itu adalah kaidah bahasa biasa seperti halnya grammatical dalam Bahasa Inggris yang memuat tenses, bentukan kata dst. Namun mereka kerap menolak. Karena kaidah Nahwu itu berbeda dari kaidah lainnya. Misal, ada kalanya kata "ktb" dibaca "kataba", "kitabun", "kutubun" dst. Dan semua kata tersebut artinya berbeda. Kaidah ini tidak ditemukan dalam bahasa lain. Konon katanya begitu.

Kita sudah bahas di ulasan sebelumnya terkait genealogi Bahasa Arab. Bahasa Arab itu pure bahasa buatan manusia, bukan bahasa surgawi. Bahasa Arab juga bukan bahasa tertua di dunia. Bahasa Arab baru dikenal sekitar abad ke-4 Masehi. Bahasa Arab merupakan turunan dari bahasa Proto Semitic - West Semitic - Arhaic Phoenician - Aramaic - Nabatean Arabic - Arabic. Proses terbentuknya Bahasa Arab kurang lebih sama dengan seluruh bahasa turunan lainnya, tidak ada yang spesial. Adapun Quran, dia bukan bahasa Modern Arabic, melainkan Classic Arabic. Sebagian filolog mengelompokkan Bahasa Qur'an menggunakan Bahasa Nabatean Arabic yang sudah punah, ataupun menyerap sebagian Bahasa Aramaic. 


Mungkin itu sebabnya bahwa kaidah bahasa Arab seperti ilmu Nahwu kerap tidak cocok ketika dipakaikan ke bahasa Arab Quran. Pertama karena bahasa yang digunakan berbeda. Kedua karena bahasa Arab Quran ditulis tidak berlandaskan rumusan kaidah bahasa. 

...

Di tulisan kali ini kita akan coba bedah jenis-jenis aksara yang ada di dunia. Secara umum, sistematika penulisan huruf terbagi kedalam 5 jenis ;
1. Alfabet
2. Abjad
3. Syillabaries
4. Logo Syillabaries 
5. Abugidas

1. Alfabet
Alfabet merupakan sistematika penulisan yang terdiri dari huruf vocal dan konsonan. Nama alfabet sendiri diambil dari "alpha-beta-(gamma)" yang merupakan simbol ejaan huruf Yunani dan Romawi. Roman-script sendiri merupakan turunan dari Bahasa Phoenician yang punya ejaan (aleph-beth-gimel). Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia termasuk yang menggunakan sistematika penulisan alfabet. Dalam sistematika penulisan alfabet kita harus menuliskan secara spesifik kata yang kita sebut. Misalnya "ball", "bell", "bill", "boll", "bull". Kita harus menyisipkan huruf vocal (a-e-i-o-u) ke dalam kata tersebut. Jika tidak, maka akan menimbulkan bunyi dan arti yang berbeda. Karena objeknyapun berbeda. 
"ball" = bola,
"bell" = lonceng,
"bill" = tagihan, 
"boll" = biji buah kapas
"bull" = banteng.


2. Abjad
Sistematika penulisan huruf abjad dapat kita jumpai di kawasan Mesopotamia atau di Negara-Negara Arab. Sama seperti Alfabet, huruf Abjad juga merupakan turunan dari bahasa Phoenicia yang merupakan rumpun bahasa semitic. Pada huruf Arab, dalam pengejaan hurufnya ada kesamaan.
- Phoenicia : aleph, beth, gimel, teth, res, sin, 'ain, nun, kaf, dst.
- Arab : alif, ba, ta, tsa, daan seterusnya. 
Jadi, huruf latin (Alfabet) masih satu induk dengan huruf Arab.

Huruf Phoenicia (Kawasan Levant)

Huruf abjad tidak terdiri dari perpaduan vocal dan konsonan. Adapun huruf vocal pada abjad (alif, wau, ya) bukan berfungsi sebagai huruf vocal yang akan membentuk kata dari konsonan-konsonan yang ada. Huruf-huruf tersebut berdiri sendiri. Setiap huruf dapat membentuk vocalnya sendiri tergantung konteks kalimat. Misalnya pada contoh kata "ktb" tadi. Bisa jadi itu kataba, kitabun, kutubun. Tapi intinya tentang objek yang itu-itu juga (buku) namun memiliki makna yang berbeda. Kitabun lebih bermakna singular sedangkan kutubun plural atau jamak dari kitabun. Pembentukan kaidah kata ini dalam Bahasa Arab diulas dalam ilmu yang dinamakan ilmu Nahwu. Sedangkan grammatikal bahasanya dibahas pada ilmu sharaf. "Ktb" tadi bisa ditashrif menjadi kataba-yaktubu-kitaaban. Tashrif ini fungsinya hampir seperti tenses dalam Bahasa Inggris. Overall, hampir semua bahasa yang menggunakan sistematika penulisan Abjad akan menggunakan pendekatan kaidah yang hampir sama.

 

Ini adalah contoh huruf Abjad dari berbagai bahasa.


Pada gambar diatas, dicontohkan sistematika penulisan huruf Ibrani bertuliskan 3 huruf "sh", "l", dan "m". Cara menulisnya sama dengan Arab, dari kanan ke kiri. Huruf abjad tidak memerlukan huruf vocal untuk mengidentifikasi kata tersebut. Kita akan dapat menyebutkan kata tersebut sebagai "sh(a)l(o)m". Kaidah penulisan ini tidak beda jauh dengan yang dinamakan ilmu Nahwu.

3. Syllabaries
Sistematika penulisan huruf Syllabaries bisa kita jumpai di negara-negara Asia Timur seperti Jepang, Korea, China. Ciri daripada huruf Syllabaries ini, setiap konsonan memiliki vocalnya masing-masing, satu konsonan berpadanan dengan satu vocal. Misalnya pada huruf Jepang. Kita bisa mengeja huruf jepang dengan a-ka-sa-ta-na-ha-ma-ya-ra-wa. Setiap huruf basic itu akan diikuti dengan vocal yang berlainan
a-i-u-e-o
ka-ki-ku-ke-ko
sa-si-su-se-so
ta-ti-tu-te-to
na-ni-nu-ne-no
daaan seterusnya.
Setiap ejaan itu memiliki simbol hurufnya masing-masing. Kaidah pembentukan katanya adalah dengan memadankan simbol-simbol huruf tersebut menjadi sebuah kata yang spesifik.

  

4. Logo Syllabaries
Sistematikanya hampir sama dengan Syllabarries namun lebih menekankan pada simbol-simbolnya. Setiap satu karakter berdiri dengan satu karakter unik yang berbeda satu sama lain. Misalnya pada huruf kanji Jepang dan Cina seperti pada tabel berikut.


5. Abugidas
Sistematika penulisan huruf Abugidas bisa dibilang sebagai kombinasi antara Syllabaries dan alfabet. Kadang disebut juga sebagai Syllabic-Alphabet. Sistematika penulisan huruf Abugidas bisa kita jumpai di negara-negara kawasan Urdu, utamanya di India. 


Pada tabel ini kita bisa lihat bahwa huruf Abugidas merupakan kombinasi daripada Syllabaries dan Alfabet. Tabel ke arah kanan menyatakan huruf konsonan. Tabel ke bawah merupakan huruf vocal. Setiap karakter vocal harus dipadankan dengan huruf vocal untuk menimbulkan sebuah fonem tanpa mengganti simbol huruf dasarnya. Seperti pada tabel di bawah ini ;


Simbol huruf konsonan "k" tetap sama. Huruf vocal kemudian memberikan identitas pada simbol terkait.

...

Nah begitulah kurang lebih bagan besar pembagian sistematika penulisan huruf-huruf di dunia. Tiap jenis huruf punya kaidah penulisan yang berbeda dalam hal pembentukan katanya. Jadi ilmu kaidah bahasa bukanlah "ilmu suci" sekalipun kaidah tersebut disangkutkan kepada kaidah penulisan kitab suci. Itu cuma ilmu biasa buatan manusia. 

Bagaimana dengan pernyataan "ilmu kaidah nahwu lahir setelah bahasa Arab Quran turun"?  Ya memang begitu. Tidak ada yang aneh dengan pernyataan itu. Dimana-mana yang namanya ilmu kaidah bahasa selalu adanya setelah bahasa itu ada. Misalnya bahasa Indonesia. Sebagian penduduk Nusantara sudah memakai Bahasa Indonesia (adaptasi dari Melayu) sejak akhir abad 19 ketika masih dijajah oleh Belanda. Pada 1928 baru disepakati bahwa Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional. Akan tetapi penyusunan kaidah Bahasa Indonesia pertama kali diselenggarakan pada tahun 1938 di Solo. Saat itu Bahasa Indonesia masih menggunakan ejaan lama, huruf Y ditulis J. Huruf J ditulis DJ. Huruf U ditulis OE, dst. Kemudian kaidah Bahasa Indonesia terus diperbaiki secara bertahap sampai akhirnya kita kenal istilah "EYD" pada tahun 1972. Jadi kaidah itu selalu datang belakangan setelah bahasanya ada dan dipakai. Tujuannya untuk merumuskan struktur bahasa supaya tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi di masyarakat. 

Bagaimana dengan pernyataan "gaboleh baca Quran dari terjemahannya doang! Harus pakai kaidah nahwu! Nanti bisa sesat!"... Saya sangat menghormati kawan-kawan yang mendalami ilmu tata bahasa arab serta serangkaian paket ilmu untuk menafsir Quran. Dan sayapun tentu akan memberikan kewenangan penuh kepada para ahli ini untuk menerjemahkan Quran agar setiap lapis masyarakat dari yang paling ahli sampai kaum jelita dapat memahami pesan Quran. 

Ketika Quran sudah diterjemahkan oleh para ahli kedalam bahasa yang kita pahami, kenapa masih ada saja orang songong yang menghardik orang-orang yang belajar dari terjemahan? Sampai bilang kalau belajar dari terjemahan doang bakal sesat? Ente kadang-kadang ente ya! Orang yang bikin terjemahan itu udah pasti pakai kaidah nahwu, sharaf, balaghah, mantiq, ilmu tafsir, dan pendapat para ulama kan? Apa anda menganggap para penerjemah Quran ini ilmunya dangkal sehingga terjemahan mereka ini salah dan tidak boleh dipakai? Atau apakah anda pikir belajar kaidah bahasa Arab itu kewajiban fardhu 'ain? Sehingga siapapun yang mau mengutip Quran maka harus dicek dulu dia ngerti Nahwu atau engga... Oh tidak begitu bung! Inimah hukumnya fardu kifayah bro! Dan alhamdulillah sudah ada yang mengemban tugas itu. Tugas kita tinggal mengimplementasikan apa yang kita pahami lalu bertanya kepada yang lebih paham jika kita tidak mengerti. 

Dan begini ya bung... Kita juga banyak loh belajar dari buku-buku import yang diterjemahkan. Misalnya "Republik" karya Plato. Plato itu pakai bahasa Yunani kuna. Apa iya kita harus capek-capek belajar kaidah bahasa Yunani kuna supaya bisa belajar dan mengimplementasikan konsep Republik dan Demokrasi dalam bukunya Plato? Enggak gitu kan? Kita cukup baca buku terjemahannya. Nggak ada masalah kan? Toh buku itu hanya menjadi acuan pemikiran. Selebihnya dalam ranah implementasi, kita harus melakukan praktikum sendiri. Karena akan berbeda hal-hal teoretis ketika dihadapkan pada realita. Kita bisa melakukan banyak modifikasi menyesuaikan dengan kebutuhan zaman dan kondisi masyarakatnya.

Jadi secara keseluruhan tidak ada masalah dengan belajar dari terjemahan. Itu jelas jauh lebih baik ketimbang tidak baca Quran sama sekali. Lebih baik kita maju dengan segenap kekurangan yang kita miliki, ketimbang tidak melakukan apa-apa, bahkan menakut-nakuti orang untuk maju. Kebenaran itu hanya milik Allah. Kalaulah kita salah, Allah Maha Tahu, Maha Bijaksana dan Maha Pengampun. Yang jelas Allah pasti mencatat segala ikhtiar yang kita lakukan sekalipun itu belum membuahkan hasil. 

Jangan lupa! Kita punya tugas jama'i yang sangat besar, yakni pada ranah implementasi, soal bagaimana kita mengejawantahkan konsepsi Quran kedalam sistematika kehidupan agar tetap relevan dengan problematika kehidupan kita hari ini. Ada banyak sekali segmen ilmu yang harus kita kuasai dan kita harus mengejar ketertinggalan dari orang-orang yang tidak beriman kepada Allah. Waktu terus berjalan bung! Kedzaliman setiap hari semakin mengakar ke seluruh lapisan masyarakat. Kitapun tak lepas dari jerat kedurjanaan itu. Maka tolong jangan habiskan energimu pada perdebatan yang tidak substansial.

Maaf ya, cara-cara berpikir mainstream kaum muslimin ini menurut saya sakit. Wajar aja peradaban Islam mundur begini karena metodologi berpikir yang dipakainya kacau. Ya jujur aja, saya agak kesal ketika kaum tradisionalis mendapatkan panggung. Mereka mengotak-kotakkan ilmu dan membuat hierarki seenak jidat mereka soal ilmu mana yang lebih "agung". Akhirnya model pembelajaran seperti itu hanya melahirkan para "petapa" yang taat dalam beribadah, tapi ngga bisa ngelola masayarakat. Padahal amanat utama Allah kepada manusia adalah untuk mengelola bumi ini. Lha ini gimana mau mengambil pucuk kekuaasaan? Kepada politik saja mereka antipati. Ya gimana Allah mau kasih kepercayaan buat ngasih kekuasaan? Kalaulah Allah kasih kekuasaan kepada muslim hari ini, besok pasti stabilitas ekonomi dan politik langsung ancur. Yang seharusnya kekuasaan Allah ini menjadi rahmat bagi alam, kalau dikasih ke orang-orang ini malah jadi bencana...

C'mon guys! Tolong perbaiki pola pikir kita semua! Jangan kolot!

ChikYen...
Sekian...

Komentar