Sami'na Wa Atha'na

Apa itu Sami'na Wa Atha'na? Mendengar dan taat

Kepada siapa kita wajib mendengar dan taat? 

1. Allah

2. Rasul

3. Ulil Amri Islam (Pemerintah Islam) 

(QS 4/59) 

Pada filosofinya, ketaatan itu hanya diberikan kepada Allah. Itu saja. Titik. Tidak ada lagi ketaatan pada selain Allah. Maka apapun kata Allah, itulah yang harus kita ikuti. 

Allah berkata lewat apa? Lewat Al Quran. Itulah yang dijadikan pedoman hidup manusia. Dan Allah katakan "jangan jadikan selain Qur'an sebagai pemimpin" (QS 7/2). Qur'an itu diantaranya berisi "kutubun qayyimah". Apa itu kutubun qayyimah? Kitab yang ditegakkan. Maka saya akan menerjemahkan kutubun qayyimah sebagai Undang Undang. Kitab Hukum tertinggi. Yang punya legal standing! 

Kepada Rasul? Apakah kita wajib taat? 

Sebetulnya tidak wajib. Kalau mau berdalil, beberapa kali Allah katakan "athi'ullah warrasul", bukan "athi'ullah WA athi'urrasul"... 

Kita tidak wajib taat kepada Muhammad sebagai manusia. Tetapi kita wajib taat kepada Muhammad sebagai Rasul Allah. Sebagai Utusan Allah, wakil Allah di bumi... Jadi tetap saja pada prinsipnya ketaatan itu ya mutlak untuk Allah... Rasul hanyalah mandatoris... 

Coba simak ayat ini,, 

"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah. Dan sungguh, sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya datang kepadamu (Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang." (4:64)

Ketaatan pada Rasul itu tidak lepas dari izin Allah. Kalau kita terjemahkan ke bahasa Struktur, izin Allah ini namanya "LEGITIMASI". Tentu ada semacam SK dari Allah. Yang Allah ambil lewat "mitsaqan ghalidzhan".

Lalu kepada siapa lagi ketaatan itu? 

Kepada ulil Amri. Siapa ulil Amri? Dia adalah pemegang urusan hidup manusia. 

Tapi apakah ketaatan pada ulil Amri itu wajib? 

Allah sendiri tidak mencantumkan "wa athi'u ulil Amri minkum". Tapi " wa ulil Amri minkum". Jadi, ketaatan pada ulil Amri sendiri harus "ittiba" pada Allah dan Rasul. Tidak bisa berdiri sendiri. Ketika ulil Amri tidak lagi menjalankan tugasnya sebagai mandatoris Allah, yang menegakkan hukum2 Allah di bumi, maka lepaslah seketika itu syarat ketaatan pada ulil Amri... 

... 

Saya menulis tulisan dengan judul "Berpindahnya Mata Air Ismail". Disana saya ingin coba memperlihatkan bahwa Otoritas risalah telah berpindah. Dari umara ke ulama. Dari pemerintah islam ke ulama2 "scholar".

Kawan kawan mungkin lebih paham sejarah. Saya tidak akan ulas panjang lebar. Tapi coba ingat ingat kembali. Bahwa pada awalnya secara operasional, secara teknis, ketaatan itu dialamatkan kepada siapa? Tentu para rasul dan para penerusnya... 

Nah, SIAPAKAH PENERUS NABI? 

Saya tidak suka orang berdebat dalil tanpa melihat kerangka besarnya soal apa itu dinul islam. Mereka seumpama orang yang memegang gajah. Yang satu pegang ekor, yang satu pegang paha, yang satu pegang perut, yang satu pegang kuping, yang satu pegang gading, yang satu pegang Belalai, yang satu pegang tai, yang satu pegang kandangnya.. Tanpa bisa melihat secara utuh, lantas mereka berdebat "gajah itu pipih lebar, gajah itu panjang lentur, gajah itu kenyal2 bau, gajah itu keras tajam, dst. Kalau saya pinjam perkataan om Rocky, orang yang debat tentang bentuk gajah dengan cara seperti itu hanya orang " Dungu ". Maaf sebetulnya saya tidak suka pakai bahasa yang merendahkan seperti itu. Tapi jujur gatal sekali jari ini... 

Ya hadits berkata bahwa ulama itu pewaris para nabi. Tapi bisa saja kita perdebatkan definisi ulama. Karena kata quran ulama adalah orang yang takut kepada Allah. 

Coba cek, secara estafeta risalah, pengganti peran rasul itu ternyata bukan orang yang ceramah diatas mimbar, tebar hoax, ujaran kebencian, yang ujungnya berteriak "coblos nomor sekian"... Tapi dia adalah para khalifah. Ulil Amri. Pemerintah islam! 

Anda kira abu bakar itu siapa? 

Umar itu siapa? 

Utsman itu siapa? 

Ali itu siapa? 

Mereka mengurus masyarakat. Mereka menyusun tata negara. Mereka menegakkan hukum. Mereka secara legal mengambil zakat, pajak. Mereka melakukan ekspansi perang. Mereka menguasai pasukan militer. Mereka melakukan diplomasi dengan kekuatan kekuatan dzalim dunia... 

Apakah peran mereka sama dengan orang2 yang anda ikuti? Ngisi pengajian, sebagian memasang tarif pula setiap ngisi ceramah... Tentu tidak sama! Habib rizieq tidak menguasai angkatan perang! Tidak berkuasa atas hukum! Tidak pula punya hak menarik pajak! 

Ketika nabi wafat, pada Siapakah Ummat memberikan ketaatan? Pada khalifah! Khalifah itu apa? Pemerintah islam! 

Spesifiknya ke siapa? 

Kepada abu bakar pada masanya.

Kepada umar pada masanya. 

Kepada Utsman pada masanya. 

Kepada ali pada masanya. 

Saya tanya. Apakah ketika abu bakar memimpin, adakah Ummat memberikan ketaatan mereka kepada Ali, Utsman, Umar?? TIDAK! Ketaatan itu tidak boleh multi-taat. Hanya ada satu ketaatan. Yaitu pada ulil Amri! Anda mungkin pernah dengar hadits, jika ada dua khalifah, bunuhlah satu diantaranya. Karena dalam islam tidak ada dwi-ketaatan, tidak ada multi-ketaataan. Hanya boleh ada satu ketaatan. 

Nah, ketika Ummat melepas ketaatan pada mereka, apa yang terjadi? Maka dia akan diperangi. Silakan saja baca sejarah. Dan silakan bantah pernyataan saya dengan hujjah. Tapi pasca Khulafaur Rasyidin, muncullah imam2 non-struktural. Imam madzhab. Imam fiqih. Imam aqidah. Dan macam2. Mereka lahir dari kampus kampus, bukan produk politik. Dan memang mereka tidak terafiliasi pada kekuasaan kecuali kekuasaan memintanya. 

Nah, hari ini, Kepada Siapakah kita hendaknya berikan ketaatan? Pada ulama? Ulama mana? Mereka saja pecah dukung 01 vs 02.

Yang satu nganggap ulama lawannya adalah ulama su', ulama yang buruk adab. Bahkan tidak sedikit yang berani mengatakan mereka munafiq. Istilah "perang badar" sendiri jelas menggambarkan seperti apa asumsi mereka pada lawan.. Yaa itu bahasa halus daripada tuduhan "kafir".

Sedang yang satunya, mereka menganggap ulama lawannya hendak melakukan makar. Ulama leluhur mereka konon berwasiat, siapa saja yang hendak membubarkan NKRI, maka halal darahnya dibunuh.

Ayo, mau ikuti yang mana? Ngga mungkin ikut semuanya dong kan? Kalaupun memilih salah satu kubu, apa alasan kita harus ke ulama itu, bukan ke ulama lawannya? Ujungnya balik lagi ke asumsi masing2... 

Tidak begitu Rasul membina masyarakat. Rakyat tidak diprovokasi. Apalagi dengan hoax. Naudzubillah. Rusak agama ini kalau diperjuangkan dengan narasi2 dusta. Pelaku hal demikian tentu mereka adalah seburuk buruknya manusia... 

Saya justru melihat, 

Doktrin isyu "taatlah pada ulama", itu hanya sebuah arogansi, cara mereka melegitimasi diri. Sehingga ketika ada yang membantah lantaran isyu yang dilontarkannya bahkan tidak on the Qur'an track, orang akan membantah "ulama itu pewaris nabi. Mereka lebih paham kenapa harus demikian"... 

Maaf. Itu bukan cara Rasul mendidik Ummat. Tidak ada ketaatan semacam itu. Bahkan peran yang diambil orang2 yang memaksa pengen ditaati ini saja tidak jelas. Mereka hanya ambil peran sebagai tukang kompor. Dan mereka cukup senang karena dapat penghidupan dari profesinya itu... 

No orang seperti itu bahkan tidak boleh ditaati. Karena Allah katakan "ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu...".(QS 36/21).

Yang cari duit dari situ? Ya jangan diikuti. Jangan ditaati. 

Tapi ikutilah orang2 yang hanya mengajak anda taat kepada Allah semata. Mengajak anda hidup dengan komitmen kepada Allah. Mengajak hidup terpimpin di dalam tatanan kejamaahan. Menghancurkan segala bentuk ikatan, ketaatan, kepada selain Allah.. Dan ia tidak meminta bayaran atas itu. Karena Allah katakan mereka inilah orang2 yang mendapat petunjuk... 

ChikYen...

Sekian...


#IST

Komentar